TUGAS PARASITOLOGI
HUBUNGAN ANTARA HELMINTES DAN
KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
AYU
CHRISTINA (A.102.08.007)
AKADEMI
ANALIS KESEHATAN NASIONAL
2012/2013
BAB
I
PENDAHULUAN
Parasitologi adalah suatu ilmu cabang
Biologi yang mempelajari tentang semua organisme parasit. Tetapi dengan adanya
kemajuan ilmu, parasitologi kini terbatas mempelajari organisme parasit yang
tergolong hewan parasit, meliputi: protozoa, helminthes, arthropoda dan insekta
parasit, baik yang zoonosis ataupun anthroponosis. Cakupan parasitologi
meliputi taksonomi, morfologi, siklus hidup masing-masing parasit, serta
patologi dan epidemiologi penyakit yang ditimbulkannya. Organisme parasit
adalah organisme yang hidupnya bersifat parasitis; yaitu hidup yang selalu
merugikan organisme yang ditempatinya (hospes). Predator adalah organisme yang
hidupnya juga bersifat merugikan organisme lain (yang dimangsa). Bedanya, kalau
predator ukuran tubuhnya jauh lebih besar dari yang dimangsa, bersifat membunuh
dan memakan sebagian besar tubuh mangsanya. Sedangkan parasit, selain ukurannya
jauh lebih kecil dari hospesnya juga tidak menghendaki hospesnya mati, sebab
kehidupan hospes sangat essensial dibutuhkan bagi parasit yang bersangkutan.
Menyadari akibat yang dapat ditimbulkan
oleh gangguan parasit terhadap kesejahteraan manusia, maka perlu dilakukan
usaha pencegahan dan pengendalian penyakitnya. Sehubungan dengan hal tersebut
maka sangat diperlukan suatu pengetahuan tentang kehidupan organisme parasit
yang bersangkutan selengkapnya. Tujuan pengajaran parasitologi, dalam hal ini
di antaranya adalah mengajarkan tentang siklus hidup parasit serta aspek
epidemiologi penyakit yang ditimbulkannya. Dengan mempelajari siklus hidup
parasit, kita akan dapat mengetahui bilamana dan bagaimana kita dapat terinfeksi
oleh parasit, serta bagaimana kemungkinan akibat yang dapat ditimbulkannya.
Selanjutnya ditunjang oleh pengetahuan epidemiologi penyakit, kita akan dapat
menentukan cara pencegahan dan pengendaliannya.
BAB
II
PEMBAHASAN
Berikut merupakan uraian dari beberapa
morfologi parasit, epidemiologi penyakit, cara pencegahan dan pengendaliannya.
Nematoda yang Infestasinya di Dalam Usus (Nematoda
Intestinal)
1.
Trichuris
trichiura
Panjang
cacing betina antara 35 – 50 mm, sedangkan cacing jantan 30 – 40 mm: Bentuknya
seperti cambuk, bagian anterior kecil seperti benang sedang bagian
posteriornya, kira-kira 2/5 (dua perlima) dari panjang cacing, jadi lebih
besar.
Gejala
Penyakitnya
Bila
infeksinya ringan, biasanya asymptomatis (tanpa gejala). Bila jumlah cacingnya
banyak, biasanya timbul diarrhea dengan feces yang berlendir, nyeri perut,
dehidrasi, anemia, lemah dan berat badan menurun.
Bahan
Pemeriksaan untuk Laboratorium
Sample berupa feces penderita untuk menemukan
telur cacingnya
Pencegahan
Peningkatan
hygiene pribadi, cuci tangan sebelum makan, hindari makan sayuran mentah, dan
perbaikan cara pembuangan feces.
2.
Enterobius
vermicularis (Oxyuris vermicularis)
Cacing betina panjangnya 8-13 mm
Cacing
jantan 2-5 mm
Biasanya menempati daerah bagian bawah ileum,
cecum dan colon. Menular melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi
telurnya. Infeksi karena Enterobius vermicularis biasanya mengenai semua
anggota keluarga dan asymptomatis. Bila infeksinya berat, biasanya menimbulkan
pruritus ani yang hebat, insomnia, gelisah dan anorexia. Pada wanita dapat
menimbulkan pruritus vulva dan keputihan.Dapat juga melalui udara yang mengandung
telur cacing yang berasal dan pakaian atau tempat tidur penderita lalu terhirup
bersama udara pernapasan. karena menimbulkan gatal-gatal di anus (pruritus ani)
sering kali terjadi autoinfeksi. Bisa
juga terjadi retroinfection dimana telur cacing menetas di daerah
perianal yang lembab, kemudian larvanya naik ke colon, lalu ke intestinum lewat
anus.
Bahan pemeriksaan untuk laboratorium
melakukan perianal swab (apusan perianal) yang dilakukan pagi hari, sebelum
penderita mandi dan defecate (buang air besar).
Pencegahan
Pencegahan dilakukan dengan meningkatkan hygiene pribadi dan menghindari
penularan.
Gejala Penyakit
1.Reaksi terhadap larva migran
larva — menembus dinding intestinum & alveolus —-perdarahan
kecil-kecil. Akibatnya demam, batuk-batuk; dan kadang-kadang terjadi
hemoptysis.
2. Reaksi terhadap cacing dewasa
Gejalanya berupa nyeri perut biasanya di daerah epigastrium atau daerah
umbilicus, perut buncit, muntah dan kadang-kadang obstipasi. Sering kali ascariasis tidak menunjukkan
gejala sama sekali. Komplikasi yang sering terjadi —-obstruksi intestinal, baik
partial maupun total. Obstruksinya biasa terjadi di daerah ileocecal.
Bahan
pemeriksaan laboratorium
Bahan
pemeriksaafl laboratonium adalah feces penderita untuk menemukan telurnya atau
cacing dewasanya.
3.
Ascaris
lumbricoides
Cacing
betina panjang 20 – 35 cm, sedangkan cacing jantan 15-30 cm.
Cacing
dewasanya hidup di usus halus terutama di jejenum.
Menular
melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi telurnya.
Cacing
dewasa ini akan menghasilkan telur yang akan keluar bersama feces yang akan
mengulangi siklus tadi.
Gejala
Penyakit
1)Reaksi
terhadap larva migran
Sewaktu
larva bermigrasi menembus dinding intestinum dan alveolus terjadi perdarahan
kecil-kecil.
Penderita
akan demam, batuk-batuk; dan kadang-kadang terjadi hemoptysis.
2)Reaksi
terhadap cacing dewasa
Gejalanya
berupa nyeri perut biasanya di daerah epigastrium atau daerah umbilicus, perut
buncit, muntah dan kadang-kadang obstipasi.
Sening kali
ascariasis tidak menunjukkan gejala sama sekali.
Komplikasi
yang sering terjadi adalah obstruksi intestinal, baik partial maupun total.
Obstruksinya biasa terjadi di daerah ileocecal. Bahan pemeriksaan laboratonium
adalah feces penderita untuk menemukan telurnya atau cacing dewasanya.
Pencegahan
Pencegahan
dengan meningkatkan hygiene pribadi dan sanitasi lingkungan.
Selain tu,
hindari memakan sayuran mentah atau makanan lain yang terkontaminasi telurnya.
4.
Ancylostoma
duodenale dan Necator
americanus (Cacing tambang)
1)Ancylostoma
duodenale
Cacing
betina, panjang 10 – 30 mm diameter 0,60 mm
Cacing
jantan, panjang 8 – 11 mm diameter 0,45 mm, mulutnya mempunyai 2 (dua) pasang
gigi.
2). Necator
americanus
Cacing
betina, panjang 9 – 11 mm diameter 0,35 mm, Cacing jantan panjang
5 – 9 mm diameter 0,30 mm, Mulutnya
mempunyai 2 (dua) pasang gigi.
Cacing
dewasa hidupnya di dalam intestinum. Penularan penyakit terjadi bilamana larva
cacing (bentuk filaria) menembus kulit.Lingkaran hidup dimulai
ketika cacing betina menghasilkan telur. Telur ini keluar bersama feces
penderita.
Pada tanah
yang basah telur menetas menjadi larva bentuk rhabditia, kemudian tumbuh
menjadi larva bentuk filaria.
Larva bentuk
filaria ni menembus kulit manusia yang tidak terlindungi, masuk ke dalam aliran
darah, sampai ke paru-paru, menembus dinding alveolus, naik kesaluran napas
bagian atas sampai di epiglotis, pindah ke oesophagus kemudian tertelan, sampai
di intestinum, menjadi dewasa dan cacing betinanya menghasilkap telur kernudian
mehgulangi siklus tadi
Bahan
Pemeriksaan untuk Laboratoriurn
Sample yang
diperiksa di laboratorium adalah feces penderita, diperiksa dengan mikroskop
untuk menemukan telur cacingnya.
Gejala
penyakit
Gejala
klinik yang timbul bervariasi bergantung pada beratnya infeksi. Gejala yang
sering muncul adalah lemah, lesu, pucat, sesak bila bekerja berat, tidak enak
perut, perut buncit, anemia, dan malnutrisi.
Anemia
karena Ancylostoma duodenale dan Necator americanus biasanya
berat.
Hemoglobin
biasanya di bawah 10 (sepuluh) gram per 100 (seratus) cc darah dan jumlah
erythrocyte di bawah 1.000.000 (satu juta)/ mm. Jenis anemianya adalah anemia
hypochromic microcytic
Pada tempat
masuknya larva menembus kulit akan menimbulkan rasa gatal.
Migrasi
larva yang menembus alveolus akan menyebabkan perdarahan-perdarahan kecil,
namun sering kali tidak menunjukkan gejala gejala pneumonia.
Cacing
dewasanya menghuni intestinum dan mengisap darah sebagai makanannya. Hal ini
menimbulkan anemia, yang terutama disebabkan oleh perdarahan pada bekas gigitan
cacing, karena cacingnya mengeluarkan anticoagulant
Nematoda Infestasinya di Jaringan Tubuh :
1. Wuchereria bancrofti dan Wuchereria malayi
Wuchereria bancrofti betina
panjang 80 – 100, jantan panjang 30 – 40 mm
Wuchereria malayi betina
panjang 50 – 55 mm, jantan panjang 22 – 23 mm
Wuchereria sp. dalam siklus hidupnya memerlukan
serangga (insect) sebagal host intermediatenya. Cacing dewasa
yang hidup di saluran getah bening, setelah kawin akan menghasilkan
microfilaria (180 – 290 mikron) yang masuk ke dalam aliran darah.
Microfilaria
ini akan masuk ke dalam tubuh nyamuk, ketika nyamuk mengisap darah manusia, dan
berkembang lebih lanjut. Kemudian, menembus dinding usus nyamuk dari berkumpul
pada kelenjar ludah nyamuk. Bila nyamuk ini mengisap darah manusia lain, maka
terjadi penularan. Micro filaria ini
akan masuk ke dalam pembuluh lympha dan tumbuh menjadi cacing dewasa. Nyamuk yang bertindak sebagai vektor penyakit
merangkap host intermediate-nya, antara lain Culex fatigans, Aedes
aegypti, Anopheles gambiae, Anopheles punctulatus, Anopheles farauti,
dan Anopheles sundaicus.
Gejala
Penyakit
Gejala
penyakit yang utama adalah peradangan dan penyumbatan salur angetah bening.
Jaringan
lympha yang sering terkena adalah daerah genitalia dan kaki. Gejala peradangan
jaringan lympha dapat berupa lymphangitis, lymphadenitis, dan orchitis (radang
testis), demam dan gejala radang yang lainnya.
Gejala
penyumbatan saluran getah bening dapat berupa varices pembuluh lympha dan
elephantiasis yang biasanya mengenai kaki dan scrotum.
Bahan
Pemeriksaan Laboratorium
Sample
berupa darah dan penderita untuk menemukan microfilarianya.
Pencegahan,
pencegahan penyakit dilakukan dengan menghindari gigitan nyamuk, pemberantasan
nyamuk dan pengobatan semua penderita untuk menghilangkan sumber penularan.
2. Onchocerca volvulus
Cacing
betina panjangnya 33 – 50 cm, sedangkan cacing jantan panjangnya l9-42mm.
Cacing
dewasanya hidup di dalam kulit dan jaringan subcutan. Oncho cerciasis ditularkan
oleh lalat pengisap darah, yaitu Simulium damnosum, Simulium metallicum,
dan Simulium neavei.
Sikius
hidupnya dimulai ketika Simulium sp. mengisap darah penderita
yang mengandung microfilaria. Microfilaria dalam perkembangannya menembus
dinding usus kemudian menempati bagian mulut dan Simulium sp. Selanjutnya, akan
menular ke manusia bila lalat ini mengisap darah manusia lainnya. Pada tempat
gigitan Simulium sp. akan terjadi radang setempat berupa benjolan
(nodula). Nodula ini berkembang sangat lambat dan dalam waktu 3 – 4 tahun
hanya mencapai ukuran 2 – 3 cm. Benjolan ini jumlahnya bisa hanya beberapa
saja, tetapi bisa juga sangat banyak. Kadang-kadang benjolan tadi meradang yang
diikuti terjadinya abscess. Kelainan pathologis yang cukup berat bila
infeksinya mengenai mata yang dapat menimbulkan kebutaan. Gejala awal pada mata
berupa konjunctivitis, mata berair dan photophobia yang diikuti keratitis,
iritis, dan pecahnya bola mata yang menimbulkan kebutaan.
Bahan
Pemeriksaan untuk Laboratorium
Sample untuk
pemeriksan di laboratorium diambil dan kelainan kulit atau nodula untuk
menemukan microfilarianya.
Pencegahan
Pencegahan dilakukan dengan menghindari
gigitan Simulium sp., pemberantasan vektor penyakit, pengobatan semua
penderita untuk menghilangkan sumber penularan.
3. Loa-loa
Cacing
betina panjangnya 50 – 70 mm, sedangkan cacing jantan panjang nya 30 – 34 mm,
microfilarianya 250 – 300 mikron. Menimbulkan penyakit Calabar (Calabar
swelling).
Ditularkan
oleh lalat tabanid genus Chrysops, yaitu Chrysops dimidiata, Chrysops
silacea, dan Chrysops distinctipennis.
Siklus
hidupnya dimulai ketika microfilaria masuk ke lambung Chrysops sp. bersama
dengan darah yang diisapnya. Microfilaria ini akan masuk ke dalam otot thorax
dan Chrysops sp. kemudian setelah 10 (sepuluh) hari akan tumbuh menjadi larva
matang, ukurannya ± 2 mm, yang kemudian akan masuk ke bagian mulut (proboscis) Chrysops
sp. Bila Chrysops sp. menggigit manusia lain, larva ini akan masuk
ke jaringan subcutan dan berkembang menjadi cacing dewasa.
Gejala
Penyakit
Gejala penyakitnya
berjalan sangat lambat dan kronis yang ditandai dengan pembengkakan jaringan
subcutan yang bisa menghilang secara mendadak karena cacingnya berpindah
tempat. Cacing dewasanya di dalam jaringan subcutan bergerak sangat cepat
sekitar 1 (satu) sentimeter per menit.
Benjolan
sebesar telur ayam akan menghilang setelah 2 – 3 hari, biasanya didahului rasa
sakit disertai demam dan pruritus (gatal).
Bahan
Pemeriksaan
Sample
diambil dan benjolan Calabar dan darah untuk menemukan cacing dewasanya atau
microfilarianya.
Pencegahan
Mencegah
gigitan Chrysops sp., pemberantasan serangga, penggunaan insecticide,
insect repellents, dan pengobatan penderita untuk menghilangkan sumber
penularan.
4. Dracunculus
medinensis
Cacing
betina panjangnya sekitar 1 (satu) m, sedangkan cacing jantan panjangnya 12 -40
mm. Cacing dewasanya hidup di dalam jaringan ikat dan jaringan subcutan.
Penularan dapat terjadi bila orang minum
Siklus Hidup
Cacing. Bila cacing betina hamil, ia akan bergerak ke tempat jaringan subcutan,
biasanya di daerah kaki. Pada tempat di mana ujung anterior cacing akan
mencapai kulit, akan terjadi papula yang akan berubah menjadi vesicula dalam
waktu 24 – 36 jam. Kemudian, vesicula tersebut pecah dan bila bagian ini
terkena air, uterus cacing akan ke luar dan lubang kulit ini dan mengeluarkan
sejumlah besar larva. Ukuran panjang larva 500 – 700 mikron dan diameter 15 –
25 mikron. Untuk menjadi lengkapnya siklus cacing, larva ini harus bisa dimakan
oleh sejenis crustacea. Di dalam tubuh crustacea larva berkembang menjadi larva
matang yang akan menular ke manusia bila crustacea tersebut di makan manusia. Di
dalam jaringan ikat atau jaringan subcutan, larva tadi akan berkembang menjadi
cacing dewasa yang setelah terjadi perkawinan antara cacing jantan dan betina
maka siklus hidup tadi akan diulangi lagi. Masa inkubasi
antara 8 – 12 bulan.\
Gejala
Penyakit
Selama masa
inkubasi (8 – 12 bulan) tidak ada gejala sama sekali (asymptomatis).
Beberapa jam
sebelum munculnya cacing (betina) di bawah kulit akan terjadi erythema
urticaria, gatal-gatal (pruritus), pusing, dyspnea, kadang kadang muntah dan
diarrhea.
Pada tempat
di mana bagian ujung anterior cacing (betina) mencapai kulit akan menimbulkan
rasa gatal dan panas
Bahan Pemeriksaan Laboratorium
Sample diambil dan benjolan Calabar dan darah
untuk menemukan cacing dewasanya atau microfilarianya.
5. Trichinella spyralis
Cacing
betina panjangnya 3 – 4 mm dengan diameter 60 – 90 mikron cacing jantan
panjangnya 1,4 – 1,6 mm dengan diameter 40 -60 mikron.
Trichinosis
menular melalui daging yang mengandung kistanya, bila di makan kurang matang.
Larva yang
memasuki otot skelet rangka akan menetap dan menjadi kista. Sedangkan larva
yang berada di dalam aliran darah akan hancur.
Di dalam
otot manusia kistanya akan mengalami kalsifikasi (pengapuran) dalam waktu 6
(enam) bulan, tetapi tetap hidup selama bertahun-tahun. Sumber penularan bagi
manusia terutama adalah daging babi yang mengandung kistanya.
Gejala
Penyakit
Gejala
penyakit berkaitan dengan terjadinya invasi mukosa usus oleh cacing, penetrasi
jaringan otot oleh larva dan reaksi otot terhadap tumbuhnya kista di dalam
otot.
Dua puluh
empat jam setelah makan daging yang mengandung kista, timbul nausea, muntah, diarrhea
dan sakit di perut.
Seminggu
kemudian cacing betina akan melahirkan larva dan penetrasi jaringan otot
dimulai.
Periode ini
biasanya terjadi antara hari ke-12 dan ke-14, yang ditandai dengan demam, sakit
otot, susah bernapas, sakit mengunyah, sakit menelan dan sakit bila berbicara,
kadang-kadang disertai kelumpuhan alat gerak.
Biasanya
disertai edema di sekitar mata dan pembengkakan kelenjar getah bening.
Pada periode
terjadinya kista di dalam otot dapat terjadi edema, cachexia dan gejala neurologis.
Bahan
Pemeriksaan Laboratorium
Biopsi otot
skelet, misalnya Musculus deltoideus, biceps atau gastrogne mius untuk
mencari kistanya.Pencegahan Memasak sampai matang setiap daging yang akan
dimakan.
6. Toxocara
canis
Cacing
betina panjangnya 6,5 – 10 cm, sedangkan cacing jantan panjangnya 4 – 6 cm.Toxocara
canis adalah cacing yang host utamanya adalah anjing, tetapi dapat menular
kepada manusia melalui makanan dan minuman yang mengandung telurnya.Feces
anjing yang berada di sekitar manusia merupakan sumber terjadinya penyebaran
penyakit karena mengandung telur cacing ni.
Gejala
Penyakit
Gejala
penyakitnya kebanyakan asymptomatis. Pada infestasi yang berat akan muncul
gejala demam yang hilang timbul, malaise, pucat, anorexia, sakit otot dan
sendi, perut sakit, nausea, muntah dan berat badan yang tidak mau naik.
Penyakitnya
biasanya sembuh sendiri setelah 18 (delapan belas) bulan bila tidak ada infeksi
ulangan.
Bahan
Pemeriksaan Laboratorium
Sample untuk
diperiksa di laboratorium adalah darah. Dilakukan hitung jenis leukocyte dan
hitung jumlah leukocyte; serta test serologis.
Sulit untuk
menemukan larva dan darah. Telur cacing tidak ditemukan di dalam feces
penderita karena Toxocara canis tidak mencapai dewasa di dalam usus
manusia.
Pencegahan
Menghindari
kontaminasi makanan dan minuman oleh telur cacing yang biasanya berasal dari
kotoran anjing.
Pengobatan
pada anjing yang sakit untuk menghilangkan sumber penularan
7. Trematoda
Cacing
dewasa, umumnya berbentuk pipih, ada bagian ventral dan bagian dorsalnya.
Beberapa species ada yang bentuknya agak bulat panjang, ada pula yang bagian
anteriornya bulat panjang sedangkan bagian posteriornya pipih melebar. Alat
reproduksinya ada yang jelas terpisah antara cacing jantan dan betina ada pula
yang hermaprodit.
Telur cacing
ke luar dan tubuh manusia bisa bersama feces (Fasciola, Clonorchis,
Fasciolopsis, Schistosoma mansoni, dan Schistosoma japonicum);
urin (Schistosoma haematobium) atau melalui sputum (Paragonimus). Di
dalam air, telur yang menetas manjadi larva, dalam perkembangannya memerlukan
sejenis mollusca (siput air tawar) sebagai intermediate host. Sebagian besar
trematoda memerlukan intermediate host kedua, di mana larvanya berkembang
menjadi kista. Echinostoma ilocanum memerlukan mollusca lain, Clonorchis
sp. memerlukan ikan air tawar, Paragonimus sp. memerlukan kepiting
atau udang sebagai intermediate host keduanya, sedangkan Fasciola sp.
menempelkan kistanya pada tanaman air. Bila manusia memakan host intermediate
kedua atau tanaman tempat kistanya berada, dalam keadaan mentah atau kurang
matang, akan terjadi penularan penyakit, dan siklus hidup cacing akan menjadi
lengkap.
Gejala
Penyakit
Gejala
penyakit yang disebabkan trematoda bergantung pada:
Ukuran dan
banyaknya cacing di dalam tubuh,
Organ atau
jaringan tubuh yang terinfeksi.
Sejumlah besar cacing kecil dan species Metagonimus atau Heterophyes yang
menempel pada mucosa usus halus hanya akan menimbulkan gejala penyakit yang
ringan.
Fasciolopsis dengan jumlah
yang sama di intestinum akan menimbulkan kerusakan lokal yang hebat dan
keracunan sistemis. Sejumlah besar Clonorchis atau Opistorchis yang
menimbulkan reaksi radang pada saluran empedu bagian distal, tidak menimbulkan
kerusakan yang berarti pada hati. Gejala penyakitnya bergantung pada
besarnya kerusakan yang terjadi dan organ yang terkena, dan apakah kerusakannya
permanent (menetap) ataukah hanya sementara.
Kelainan sistemis biasanya terjadi karena pengaruh toxin (racun)
cacing yang terserap ke dalam darah, menimbulkan reaksi leukocytosis,
hypereosinophilia, dan reaksi allergi. Pada infeksi oleh trematoda bisa
dibedakan: masa inkubasi, phase akut, phase kronis.
Pencegahan
Pencegahan penyakit karena trematoda dapat dilakukan dengan:
a. Pengobatan
semua penderita untuk menghilangkan sumber penularan.
b. Pembuangan
kotoran sesuai dengan aturan kesehatan dan kotoran penderita harus
didesinfeksi.
c. Pemberantasan
siput air tawar.
d. Pendidikan
kesehatan kepada masyarakat agar tidak menggunakan air yang terkontaminasi
untuk mandi, mencuci dan sebagainya
Schistosoma
Ada 3
(tiga) species Schistosoma yang menimbulkan penyakit pada manusia, yaitu
Schistosoma haematobium, Schistosoma japonicum dan Schistosoma
mansoni.
Cacing ini hidup di dalam pembuluh darah
manusia. Panjangnya antara 6,5 – 26 mm, yang betina ebih panjang daripada yang
jantan. Menular ke manusia karena larvanya (cercaria) menembus kulit yang tidak
dilindungi
Pencegahan
Pencegahan
penyakit dilakukan dengan:
a.
Pengobatan penderita untuk menghilangkan sumber
penularan.
b.
Perbaikan cara pembuangan feces manusia agar tidak
melahirkan miracidium.
c.
Pemberantasan siput (mollusca) dengan molluscicida.
d.
Menghindari kontak dengan air yang mengandung
cercariae.
DAFTAR
PUSTAKA


0 komentar:
Posting Komentar