Minggu, 16 Juni 2013

Hubungan antara helmintes dan kesejahteraan masyarakat

Diposting oleh Unknown di 06.59

TUGAS PARASITOLOGI
HUBUNGAN ANTARA HELMINTES DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT





AYU CHRISTINA     (A.102.08.007)
AKADEMI ANALIS KESEHATAN NASIONAL
2012/2013

BAB I
PENDAHULUAN

Parasitologi adalah suatu ilmu cabang Biologi yang mempelajari tentang semua organisme parasit. Tetapi dengan adanya kemajuan ilmu, parasitologi kini terbatas mempelajari organisme parasit yang tergolong hewan parasit, meliputi: protozoa, helminthes, arthropoda dan insekta parasit, baik yang zoonosis ataupun anthroponosis. Cakupan parasitologi meliputi taksonomi, morfologi, siklus hidup masing-masing parasit, serta patologi dan epidemiologi penyakit yang ditimbulkannya. Organisme parasit adalah organisme yang hidupnya bersifat parasitis; yaitu hidup yang selalu merugikan organisme yang ditempatinya (hospes). Predator adalah organisme yang hidupnya juga bersifat merugikan organisme lain (yang dimangsa). Bedanya, kalau predator ukuran tubuhnya jauh lebih besar dari yang dimangsa, bersifat membunuh dan memakan sebagian besar tubuh mangsanya. Sedangkan parasit, selain ukurannya jauh lebih kecil dari hospesnya juga tidak menghendaki hospesnya mati, sebab kehidupan hospes sangat essensial dibutuhkan bagi parasit yang bersangkutan.
Menyadari akibat yang dapat ditimbulkan oleh gangguan parasit terhadap kesejahteraan manusia, maka perlu dilakukan usaha pencegahan dan pengendalian penyakitnya. Sehubungan dengan hal tersebut maka sangat diperlukan suatu pengetahuan tentang kehidupan organisme parasit yang bersangkutan selengkapnya. Tujuan pengajaran parasitologi, dalam hal ini di antaranya adalah mengajarkan tentang siklus hidup parasit serta aspek epidemiologi penyakit yang ditimbulkannya. Dengan mempelajari siklus hidup parasit, kita akan dapat mengetahui bilamana dan bagaimana kita dapat terinfeksi oleh parasit, serta bagaimana kemungkinan akibat yang dapat ditimbulkannya. Selanjutnya ditunjang oleh pengetahuan epidemiologi penyakit, kita akan dapat menentukan cara pencegahan dan pengendaliannya.

BAB II
PEMBAHASAN

Berikut merupakan uraian dari beberapa morfologi parasit, epidemiologi penyakit, cara pencegahan dan pengendaliannya.
Nematoda yang Infestasinya di Dalam Usus (Nematoda Intestinal)

1.      Trichuris trichiura

Panjang cacing betina antara 35 – 50 mm, sedangkan cacing jantan 30 – 40 mm: Bentuknya seperti cambuk, bagian anterior kecil seperti benang sedang bagian posteriornya, kira-kira 2/5 (dua perlima) dari panjang cacing, jadi lebih besar.

Gejala Penyakitnya
Bila infeksinya ringan, biasanya asymptomatis (tanpa gejala). Bila jumlah cacingnya banyak, biasanya timbul diarrhea dengan feces yang berlendir, nyeri perut, dehidrasi, anemia, lemah dan berat badan menurun.

Bahan Pemeriksaan untuk Laboratorium
 Sample berupa feces penderita untuk menemukan telur cacingnya

Pencegahan
Peningkatan hygiene pribadi, cuci tangan sebelum makan, hindari makan sayuran mentah, dan perbaikan cara pembuangan feces.



2.      Enterobius vermicularis (Oxyuris vermicularis)

Cacing betina panjangnya 8-13 mm
Cacing jantan 2-5 mm
 Biasanya menempati daerah bagian bawah ileum, cecum dan colon. Menular melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi telurnya. Infeksi karena Enterobius vermicularis biasanya mengenai semua anggota keluarga dan asymptomatis. Bila infeksinya berat, biasanya menimbulkan pruritus ani yang hebat, insomnia, gelisah dan anorexia. Pada wanita dapat menimbulkan pruritus vulva dan keputihan.Dapat juga melalui udara yang mengandung telur cacing yang berasal dan pakaian atau tempat tidur penderita lalu terhirup bersama udara pernapasan. karena menimbulkan gatal-gatal di anus (pruritus ani) sering kali terjadi autoinfeksi.  Bisa juga terjadi retroinfection dimana telur cacing menetas di daerah perianal yang lembab, kemudian larvanya naik ke colon, lalu ke intestinum lewat anus.

Bahan pemeriksaan untuk laboratorium
melakukan perianal swab (apusan perianal) yang dilakukan pagi hari, sebelum penderita mandi dan defecate (buang air besar).

Pencegahan
Pencegahan dilakukan dengan meningkatkan hygiene pribadi dan menghindari penularan.

Gejala Penyakit
1.Reaksi terhadap larva migran
larva — menembus dinding intestinum & alveolus —-perdarahan kecil-kecil. Akibatnya demam, batuk-batuk; dan kadang-kadang terjadi hemoptysis.          


2. Reaksi terhadap cacing dewasa
Gejalanya berupa nyeri perut biasanya di daerah epigastrium atau daerah umbilicus, perut buncit, muntah dan kadang-kadang obstipasi.  Sering kali ascariasis tidak menunjukkan gejala sama sekali. Komplikasi yang sering terjadi —-obstruksi intestinal, baik partial maupun total. Obstruksinya biasa terjadi di daerah ileocecal.

Bahan pemeriksaan laboratorium
Bahan pemeriksaafl laboratonium adalah feces penderita untuk menemukan telurnya atau cacing dewasanya.

3.      Ascaris lumbricoides

Cacing betina panjang 20 – 35 cm, sedangkan cacing jantan 15-30 cm.
Cacing dewasanya hidup di usus halus terutama di jejenum.
Menular melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi telurnya.
Cacing dewasa ini akan menghasilkan telur yang akan keluar bersama feces yang akan mengulangi siklus tadi.

Gejala Penyakit
1)Reaksi terhadap larva migran
Sewaktu larva bermigrasi menembus dinding intestinum dan alveolus terjadi perdarahan kecil-kecil.
Penderita akan demam, batuk-batuk; dan kadang-kadang terjadi hemoptysis.
2)Reaksi terhadap cacing dewasa
Gejalanya berupa nyeri perut biasanya di daerah epigastrium atau daerah umbilicus, perut buncit, muntah dan kadang-kadang obstipasi.
Sening kali ascariasis tidak menunjukkan gejala sama sekali.
Komplikasi yang sering terjadi adalah obstruksi intestinal, baik partial maupun total. Obstruksinya biasa terjadi di daerah ileocecal. Bahan pemeriksaan laboratonium adalah feces penderita untuk menemukan telurnya atau cacing dewasanya.

Pencegahan  
Pencegahan dengan meningkatkan hygiene pribadi dan sanitasi lingkungan.
Selain tu, hindari memakan sayuran mentah atau makanan lain yang terkontaminasi telurnya.

4.      Ancylostoma duodenale dan Necator americanus (Cacing tambang)

1)Ancylostoma duodenale
Cacing betina, panjang 10 – 30 mm diameter 0,60 mm
Cacing jantan, panjang 8 – 11 mm diameter 0,45 mm, mulutnya mempunyai 2 (dua) pasang gigi.

2). Necator americanus
Cacing betina, panjang 9 – 11 mm diameter 0,35 mm, Cacing jantan panjang         5 – 9 mm diameter 0,30 mm, Mulutnya mempunyai 2 (dua) pasang gigi.      
Cacing dewasa hidupnya di dalam intestinum. Penularan penyakit terjadi bilamana larva cacing (bentuk filaria)   menembus kulit.Lingkaran hidup dimulai ketika cacing betina menghasilkan telur. Telur ini keluar bersama feces penderita.
Pada tanah yang basah telur menetas menjadi larva bentuk rhabditia, kemudian tumbuh menjadi larva bentuk filaria.
Larva bentuk filaria ni menembus kulit manusia yang tidak terlindungi, masuk ke dalam aliran darah, sampai ke paru-paru, menembus dinding alveolus, naik kesaluran napas bagian atas sampai di epiglotis, pindah ke oesophagus kemudian tertelan, sampai di intestinum, menjadi dewasa dan cacing betinanya menghasilkap telur kernudian mehgulangi siklus tadi


Bahan Pemeriksaan untuk Laboratoriurn
Sample yang diperiksa di laboratorium adalah feces penderita, diperiksa dengan mikroskop untuk menemukan telur cacingnya.

Gejala penyakit
Gejala klinik yang timbul bervariasi bergantung pada beratnya infeksi. Gejala yang sering muncul adalah lemah, lesu, pucat, sesak bila bekerja berat, tidak enak perut, perut buncit, anemia, dan malnutrisi.
Anemia karena Ancylostoma duodenale dan Necator americanus biasanya berat.
Hemoglobin biasanya di bawah 10 (sepuluh) gram per 100 (seratus) cc darah dan jumlah erythrocyte di bawah 1.000.000 (satu juta)/ mm. Jenis anemianya adalah anemia hypochromic microcytic
Pada tempat masuknya larva menembus kulit akan menimbulkan rasa gatal.
Migrasi larva yang menembus alveolus akan menyebabkan perdarahan-perdarahan kecil, namun sering kali tidak menunjukkan gejala gejala pneumonia.
 Cacing dewasanya menghuni intestinum dan mengisap darah sebagai makanannya. Hal ini menimbulkan anemia, yang terutama disebabkan oleh perdarahan pada bekas gigitan cacing, karena cacingnya mengeluarkan anticoagulant





Nematoda Infestasinya di Jaringan Tubuh :

1.      Wuchereria bancrofti   dan Wuchereria malayi

Wuchereria bancrofti   betina panjang 80 – 100, jantan panjang 30 – 40 mm
Wuchereria malayi     betina panjang 50 – 55 mm, jantan panjang 22 – 23 mm
Wuchereria sp. dalam siklus hidupnya memerlukan serangga (insect) sebagal host    intermediatenya. Cacing dewasa yang hidup di saluran getah bening, setelah kawin akan menghasilkan microfilaria (180 – 290 mikron) yang masuk ke dalam aliran darah.
Microfilaria ini akan masuk ke dalam tubuh nyamuk, ketika nyamuk mengisap darah manusia, dan berkembang lebih lanjut. Kemudian, menembus dinding usus nyamuk dari berkumpul pada kelenjar ludah nyamuk. Bila nyamuk ini mengisap darah manusia lain, maka terjadi penularan.  Micro filaria ini akan masuk ke dalam pembuluh lympha dan tumbuh menjadi cacing dewasa.  Nyamuk yang bertindak sebagai vektor penyakit merangkap host intermediate-nya, antara lain Culex fatigans, Aedes aegypti, Anopheles gambiae, Anopheles punctulatus, Anopheles farauti, dan Anopheles sundaicus.

Gejala Penyakit
Gejala penyakit yang utama adalah peradangan dan penyumbatan salur angetah bening.
Jaringan lympha yang sering terkena adalah daerah genitalia dan kaki. Gejala peradangan jaringan lympha dapat berupa lymphangitis, lymphadenitis, dan orchitis (radang testis), demam dan gejala radang yang lainnya.
Gejala penyumbatan saluran getah bening dapat berupa varices pembuluh lympha dan elephantiasis yang biasanya mengenai kaki dan scrotum.

Bahan Pemeriksaan Laboratorium
Sample berupa darah dan penderita untuk menemukan microfilarianya.
Pencegahan, pencegahan penyakit dilakukan dengan menghindari gigitan nyamuk, pemberantasan nyamuk dan pengobatan semua penderita untuk menghilangkan sumber penularan.


2.      Onchocerca volvulus

Cacing betina panjangnya 33 – 50 cm, sedangkan cacing jantan panjangnya l9-42mm.
Cacing dewasanya hidup di dalam kulit dan jaringan subcutan. Oncho cerciasis ditularkan oleh lalat pengisap darah, yaitu Simulium damnosum, Simulium metallicum, dan Simulium neavei.
Sikius hidupnya dimulai ketika Simulium sp. mengisap darah penderita yang mengandung microfilaria. Microfilaria dalam perkembangannya menembus dinding usus kemudian menempati bagian mulut dan Simulium sp. Selanjutnya, akan menular ke manusia bila lalat ini mengisap darah manusia lainnya. Pada tempat gigitan Simulium sp. akan terjadi radang setempat berupa benjolan (nodula). Nodula ini berkembang sangat lambat dan dalam waktu  3 – 4 tahun hanya mencapai ukuran 2 – 3 cm. Benjolan ini jumlahnya bisa hanya beberapa saja, tetapi bisa juga sangat banyak. Kadang-kadang benjolan tadi meradang yang diikuti terjadinya abscess. Kelainan pathologis yang cukup berat bila infeksinya mengenai mata yang dapat menimbulkan kebutaan. Gejala awal pada mata berupa konjunctivitis, mata berair dan photophobia yang diikuti keratitis, iritis, dan pecahnya bola mata yang menimbulkan kebutaan.



Bahan Pemeriksaan untuk Laboratorium
Sample untuk pemeriksan di laboratorium diambil dan kelainan kulit atau nodula untuk menemukan microfilarianya.

Pencegahan
 Pencegahan dilakukan dengan menghindari gigitan Simulium sp., pemberantasan vektor penyakit, pengobatan semua penderita untuk menghilangkan sumber penularan.

3.      Loa-loa

Cacing betina panjangnya 50 – 70 mm, sedangkan cacing jantan panjang nya 30 – 34 mm, microfilarianya 250 – 300 mikron. Menimbulkan penyakit Calabar  (Calabar swelling).
Ditularkan oleh lalat tabanid genus Chrysops, yaitu Chrysops dimidiata, Chrysops silacea, dan Chrysops distinctipennis.
Siklus hidupnya dimulai ketika microfilaria masuk ke lambung Chrysops sp. bersama dengan darah yang diisapnya. Microfilaria ini akan masuk ke dalam otot thorax dan Chrysops sp. kemudian setelah 10 (sepuluh) hari akan tumbuh menjadi larva matang, ukurannya ± 2 mm, yang kemudian akan masuk ke bagian mulut (proboscis) Chrysops sp. Bila Chrysops sp. menggigit manusia lain, larva ini akan masuk ke jaringan subcutan dan berkembang menjadi cacing dewasa.

Gejala Penyakit
Gejala penyakitnya berjalan sangat lambat dan kronis yang ditandai dengan pembengkakan jaringan subcutan yang bisa menghilang secara mendadak karena cacingnya berpindah tempat. Cacing dewasanya di dalam jaringan subcutan bergerak sangat cepat sekitar 1 (satu) sentimeter per menit.
Benjolan sebesar telur ayam akan menghilang setelah 2 – 3 hari, biasanya didahului rasa sakit disertai demam dan pruritus (gatal).

Bahan Pemeriksaan
Sample diambil dan benjolan Calabar dan darah untuk menemukan cacing dewasanya atau microfilarianya.



Pencegahan                                                                                  
Mencegah gigitan Chrysops sp., pemberantasan serangga, penggunaan insecticide, insect repellents, dan pengobatan penderita untuk menghilangkan sumber penularan.

4.      Dracunculus medinensis

Cacing betina panjangnya sekitar 1 (satu) m, sedangkan cacing jantan panjangnya 12 -40 mm. Cacing dewasanya hidup di dalam jaringan ikat dan jaringan subcutan. Penularan dapat terjadi bila orang minum  
Siklus Hidup Cacing. Bila cacing betina hamil, ia akan bergerak ke tempat jaringan subcutan, biasanya di daerah kaki. Pada tempat di mana ujung anterior cacing akan mencapai kulit, akan terjadi papula yang akan berubah menjadi vesicula dalam waktu 24 – 36 jam. Kemudian, vesicula tersebut pecah dan bila bagian ini terkena air, uterus cacing akan ke luar dan lubang kulit ini dan mengeluarkan sejumlah besar larva. Ukuran panjang larva 500 – 700 mikron dan diameter 15 – 25 mikron. Untuk menjadi lengkapnya siklus cacing, larva ini harus bisa dimakan oleh sejenis crustacea. Di dalam tubuh crustacea larva berkembang menjadi larva matang yang akan menular ke manusia bila crustacea tersebut di makan manusia. Di dalam jaringan ikat atau jaringan subcutan, larva tadi akan berkembang menjadi cacing dewasa yang setelah terjadi perkawinan antara cacing jantan dan betina maka siklus hidup tadi akan diulangi lagi. Masa inkubasi antara    8 – 12 bulan.\

Gejala Penyakit
Selama masa inkubasi (8 – 12 bulan) tidak ada gejala sama sekali (asymptomatis).
Beberapa jam sebelum munculnya cacing (betina) di bawah kulit akan terjadi erythema urticaria, gatal-gatal (pruritus), pusing, dyspnea, kadang kadang muntah dan diarrhea.
Pada tempat di mana bagian ujung anterior cacing (betina) mencapai kulit akan menimbulkan rasa gatal dan panas

Bahan Pemeriksaan Laboratorium
 Sample diambil dan benjolan Calabar dan darah untuk menemukan cacing dewasanya atau microfilarianya.

5.      Trichinella spyralis

Cacing betina panjangnya 3 – 4 mm dengan diameter 60 – 90 mikron cacing jantan panjangnya 1,4 – 1,6 mm dengan diameter 40 -60 mikron.
Trichinosis menular melalui daging yang mengandung kistanya, bila di makan kurang matang.
Larva yang memasuki otot skelet rangka akan menetap dan menjadi kista. Sedangkan larva yang berada di dalam aliran darah akan hancur.
Di dalam otot manusia kistanya akan mengalami kalsifikasi (pengapuran) dalam waktu 6 (enam) bulan, tetapi tetap hidup selama bertahun-tahun. Sumber penularan bagi manusia terutama adalah daging babi yang mengandung kistanya.



Gejala Penyakit
Gejala penyakit berkaitan dengan terjadinya invasi mukosa usus oleh cacing, penetrasi jaringan otot oleh larva dan reaksi otot terhadap tumbuhnya kista di dalam otot.
Dua puluh empat jam setelah makan daging yang mengandung kista, timbul nausea, muntah, diarrhea dan sakit di perut.
Seminggu kemudian cacing betina akan melahirkan larva dan penetrasi jaringan otot dimulai.
Periode ini biasanya terjadi antara hari ke-12 dan ke-14, yang ditandai dengan demam, sakit otot, susah bernapas, sakit mengunyah, sakit menelan dan sakit bila berbicara, kadang-kadang disertai kelumpuhan alat gerak.
Biasanya disertai edema di sekitar mata dan pembengkakan kelenjar getah bening.
Pada periode terjadinya kista di dalam otot dapat terjadi edema, cachexia dan gejala neurologis.

Bahan Pemeriksaan Laboratorium
Biopsi otot skelet, misalnya Musculus deltoideus, biceps atau gastrogne mius untuk mencari kistanya.Pencegahan Memasak sampai matang setiap daging yang akan dimakan.

6.      Toxocara canis

Cacing betina panjangnya 6,5 – 10 cm, sedangkan cacing jantan panjangnya 4 – 6 cm.Toxocara canis adalah cacing yang host utamanya adalah anjing, tetapi dapat menular kepada manusia melalui makanan dan minuman yang mengandung telurnya.Feces anjing yang berada di sekitar manusia merupakan sumber terjadinya penyebaran penyakit karena mengandung telur cacing ni.

Gejala Penyakit
Gejala penyakitnya kebanyakan asymptomatis. Pada infestasi yang berat akan muncul gejala demam yang hilang timbul, malaise, pucat, anorexia, sakit otot dan sendi, perut sakit, nausea, muntah dan berat badan yang tidak mau naik.
Penyakitnya biasanya sembuh sendiri setelah 18 (delapan belas) bulan bila tidak ada infeksi ulangan.

Bahan Pemeriksaan Laboratorium
Sample untuk diperiksa di laboratorium adalah darah. Dilakukan hitung jenis leukocyte dan hitung jumlah leukocyte; serta test serologis.
Sulit untuk menemukan larva dan darah. Telur cacing tidak ditemukan di dalam feces penderita karena Toxocara canis tidak mencapai dewasa di dalam usus manusia.

Pencegahan
Menghindari kontaminasi makanan dan minuman oleh telur cacing yang biasanya berasal dari kotoran anjing.
Pengobatan pada anjing yang sakit untuk menghilangkan sumber penularan

7.      Trematoda

Cacing dewasa, umumnya berbentuk pipih, ada bagian ventral dan bagian dorsalnya. Beberapa species ada yang bentuknya agak bulat panjang, ada pula yang bagian anteriornya bulat panjang sedangkan bagian posteriornya pipih melebar. Alat reproduksinya ada yang jelas terpisah antara cacing jantan dan betina ada pula yang hermaprodit.
Telur cacing ke luar dan tubuh manusia bisa bersama feces (Fasciola, Clonorchis, Fasciolopsis, Schistosoma mansoni, dan Schistosoma japonicum); urin (Schistosoma haematobium) atau melalui sputum (Paragonimus). Di dalam air, telur yang menetas manjadi larva, dalam perkembangannya memerlukan sejenis mollusca (siput air tawar) sebagai intermediate host. Sebagian besar trematoda memerlukan intermediate host kedua, di mana larvanya berkembang menjadi kista. Echinostoma ilocanum memerlukan mollusca lain, Clonorchis sp. memerlukan ikan air tawar, Paragonimus sp. memerlukan kepiting atau udang sebagai intermediate host keduanya, sedangkan Fasciola sp. menempelkan kistanya pada tanaman air. Bila manusia memakan host intermediate kedua atau tanaman tempat kistanya berada, dalam keadaan mentah atau kurang matang, akan terjadi penularan penyakit, dan siklus hidup cacing akan menjadi lengkap.

Gejala Penyakit
Gejala penyakit yang disebabkan trematoda bergantung pada:
Ukuran dan banyaknya cacing di dalam tubuh,
Organ atau jaringan tubuh yang terinfeksi.
Sejumlah besar cacing kecil dan species Metagonimus atau Heterophyes yang menempel pada mucosa usus halus hanya akan menimbulkan gejala penyakit yang ringan.
 Fasciolopsis dengan jumlah yang sama di intestinum akan menimbulkan kerusakan lokal yang hebat dan keracunan sistemis. Sejumlah besar Clonorchis atau Opistorchis yang menimbulkan reaksi radang pada saluran empedu bagian distal, tidak menimbulkan kerusakan yang berarti pada hati. Gejala penyakitnya bergantung pada besarnya kerusakan yang terjadi dan organ yang terkena, dan apakah kerusakannya permanent (menetap) ataukah hanya sementara.
Kelainan sistemis biasanya terjadi karena pengaruh toxin (racun) cacing yang terserap ke dalam darah, menimbulkan reaksi leukocytosis, hypereosinophilia, dan reaksi allergi. Pada infeksi oleh trematoda bisa dibedakan: masa inkubasi, phase akut, phase kronis.

Pencegahan
Pencegahan penyakit karena trematoda dapat dilakukan dengan:
a.       Pengobatan semua penderita untuk menghilangkan sumber penularan.
b.      Pembuangan kotoran sesuai dengan aturan kesehatan dan kotoran penderita harus didesinfeksi.
c.       Pemberantasan siput air tawar.
d.      Pendidikan kesehatan kepada masyarakat agar tidak menggunakan air yang terkontaminasi untuk mandi, mencuci dan sebagainya
Schistosoma
 Ada 3 (tiga) species Schistosoma yang menimbulkan penyakit pada manusia, yaitu Schistosoma haematobium, Schistosoma japonicum dan Schistosoma mansoni.
 Cacing ini hidup di dalam pembuluh darah manusia. Panjangnya antara 6,5 – 26 mm, yang betina ebih panjang daripada yang jantan. Menular ke manusia karena larvanya (cercaria) menembus kulit yang tidak dilindungi

Pencegahan
Pencegahan penyakit dilakukan dengan:
a.              Pengobatan penderita untuk menghilangkan sumber penularan.
b.              Perbaikan cara pembuangan feces manusia agar tidak melahirkan    miracidium.
c.              Pemberantasan siput (mollusca) dengan molluscicida.
d.             Menghindari kontak dengan air yang mengandung cercariae.







DAFTAR PUSTAKA

0 komentar:

Posting Komentar

 

Up and Down Copyright © 2011 Design by Ipietoon Blogger Template | web hosting